Cendrawasih botak atau dalam nama ilmiahnya Cicinnurus respublica
adalah sejenis
burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar 21cm long, dari marga
Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam. Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda.
Endemik
Indonesia, Cendrawasih botak hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten
Raja Ampat, provinsi
Papua Barat. Pakan burung Cendrawasih Botak terdiri dari buah-buahan dan aneka
serangga kecil.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cendrawasih Botak dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam
IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam
CITESAppendix II.
Penghisap-madu Elok
adalah sejenis
burung penghisap madu khas daerah
Papua,
Indonesia. Spesies ini ditemukan di daerah ketinggian
pegunungan Jayawijaya pada ketinggian 2.700 sampai 4.000 meter. Spesies ini mirip
gagak dengan gelambir mata kuning mencolok dan bercak oker terang di sayap yang mencolok ketika terbang serta bersuara terus-menerus (deskripsi suara: dua nada penghubung jeet jeet diulang cepat; juga peer diulang).
Spesies ini biasanya berpasangan, mudah ditemukan berdasarkan suaranya yang terus-menerus, bertengger di belukan pepohonan di tepi hutan, makan buah, monogami. Sebelumnya burung yang penuh teka-teki dan kurang dikenal ini dianggap termasuk jenis burung Cenderawasih, namun sebenarnya ia termasuk jenis burung pemakan-madu. Bukti genetik baru-baru ini menegaskan bahwa burung ini termasuk keluarga
Meliphagidae. Burung ini mirip dan berkerabat dengan burung Pemakan-Madu Asap.
Nama burung ini diambil dari nama administrator bekas koloni, New Guinea Inggris, bapak William MacGregor.
Karena populasinya yang kecil dan menyusut, burung ini dinilai
Rentan dalam
IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Cenderawasih gagak (Lycocorax pyrrhopterus)
adalah
burung Cenderawasih yang mirip
gagak berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Bulunya gelap, lembut dan seperti sutera. Paruhnya hitam, warna mata merah karmin, dan memiliki suara panggilan yang mengingatkan pada gonggongan anjing. Burung jantan dan betinanya mirip. Burung betina sedikit lebih besar daripada burung jantan.
Cenderawasih ini bersifat
monogami dan endemik di hutan dataran rendah di kepulauan
Maluku di
Indonesia. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan
artropod. Tiga
subspesiesnya telah dikenali, dan ditandai dengan ada atau tidaknya bercak putih pada bulu sayap bawah.
Karena umum ditemukan pada rentang habitatnya, Cenderawasih gagak dievaluasi beresiko rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
Cenderawasih gagak, Lycocorax pyrrhopterus, adalah Cendarwasih mirip gagak berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm. Bulunya gelap, lembut dan seperti sutera. Paruhnya hitam, warna mata merah karmin, dan memiliki suara panggilan yang mengingatkan pada gonggongan anjing. Burung jantan dan betinanya mirip. Burung betina sedikit lebih besar daripada burung jantan.
Cenderawasih ini bersifat monogami dan endemik di hutan dataran rendah di kepulauan Maluku di Indonesia. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan artropod. Tiga subspesiesnya telah dikenali, dan ditandai dengan ada atau tidaknya bercak putih pada bulu sayap bawah. Karena umum ditemukan pada rentang habitatnya, Cenderawasih Gagak dievaluasi beresiko rendah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II.
adalah
burung Cenderawasih yang satu-satunya dari genus
Lophorina. Burung jantan berwarna hitam dengan mahkota berwana hijau pelangi mempunyai bulu penutup dadanya biru-hijau dan berbulu pundak yang bisa menegak berwarna hitam beludru. Burung betinanya berwarna cokelat-kemerahan dan bawahnya bulu bergaris-garis warna cokelat. Burung muda berwarna mirip burung betina.
Burung Cenderawasih kerah tersebar di seluruh hutan hujan di pulau
Papua.
Burung jantan bersifat
poligami dan menampilkan salah satu tarian kawin yang memukau dalam dunia burung. Pada awal penampilannya dia akan menyanyikan nada keras dan cepat, lalu dia mulai melompat-lompat di depan betinanya. Tiba-tiba bulu pundaknya dan bulu penutup dada yang tadinya terlipat, menegak keluar dan mengembang di kepalanya dan membuatnya menjadi penari berbentuk elips.
Meskipun banyak diburu untuk diambil bulunya, burung Cenderawasih Kerah merupakan salah satu burung yang umum dan tersebar luas di hutan-hutan Papua. Burung Cenderawasih Kerah dievaluasi berisiko rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
Cenderawasih kuning-besar (
nama ilmiah:
Paradisaea apoda)
adalah burung Cenderawasih berukuran besar, sepanjang sekitar 43 cm, berwarna coklat marun dan bermahkota kuning. Tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman. Burung jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun tak bergaris.
Burung Cenderawasih kuning-besar ini burung terbesar dari genus
Paradisaea. Ia tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya pulau
Irian dan pulau
Aru,
Indonesia. Makanannya terdiri dari buah-buahan, biji serta serangga kecil. Sejumlah kecil burung ini diintroduksi oleh William Ingram tahun 1909-1912 di pulau
Tobago Kecil di
Karibia untuk menyelamatkan burung ini dari kepunahan akibat perburuan untuk perdagangan bulu. Populasi introduksi itu bertahan sampai sekitar tahun 1958 dan mungkin sekarang telah punah.
Carolus Linnaeus memberinya nama jenis
Paradisaea apoda, yang berarti "Cenderawasih tak berkaki", karena pada awal perdagangannya ke
Eropa, burung ini disiapkan tanpa kaki oleh orang pribumi; hal ini menyebabkan salah paham bahwa burung ini adalah pengunjung dari
surga yang melayang-layang di udara dan tak pernah menyentuh tanah sampai mati.
Karena umum ditemukan di rentang habitatnya, burung Cenderawasih kuning-besar dievaluasi berisiko rendah di
IUCN Red List tentang jenis terancam. Burung ini juga terdaftar pada
CITES Appendix II.
Cenderawasih mati-kawat (
nama ilmiah:
Seleucidis melanoleucus)
adalah burung Cenderawasih berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari genus tunggal Seleucidis. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam mengilap, pada bagian sisi perutnya dihiasi bulu-bulu berwarna kuning dan duabelas kawat berwarna hitam. Burung ini berparuh panjang lancip berwarna hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung betina berwarna coklat, berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi bulu-bulu berwarna kuning ataupun keduabelas kawat di sisi perutnya.
Cenderawasih mati-kawat ditemukan di hutan dataran rendah pada
pulau Irian. Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku
Paradisaeidae, Cenderawasih Mati-kawat adalah
poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan keduabelas kawat pada ritual tariannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cenderawasih Mati-kawat terdiri dari buah-buahan dan aneka
serangga.
Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas dan sering ditemukan di habitatnya. Cenderawasih Mati-kawat dievaluasikan sebagai Beresiko Rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II
adalah
burung Cenderawasih berukuran sedang dengan panjang sekitar 33 cm, dari marga
Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72 cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau
zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Cenderawasih merah adalah spesial yang bersifat
poligami. Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cenderawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka
serangga.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cenderawasih Merah dievaluasikan sebagai beresiko hampir terancam di dalam
IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam
CITESAppendix II.
adalah sejenis
burung Cenderawasih berukuran kecil, dengan panjang sekitar 22cm, dari genus tunggal
Pteridophora. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai bulu kawat bersisik biru-langit mengilap, yang panjangnya mencapai 40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Burung betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan.
Daerah sebaran Cenderawasih panji adalah di hutan pegunungan
pulau Irian. Pakan burung Cenderawasih Panji terdiri dari buah-buahan,
beri, dan aneka
serangga.
Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku
Paradisaeidae, Cenderawasih Panji adalah
poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan bulu mantel dan ke dua kawat di kepalanya pada ritual tarian. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.
Nama ilmiah burung Cenderawasih panji memperingati seorang raja berkebangsaan
Jerman,
Albert I dari
Sachsen.
Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas dan masih sering ditemukan di habitatnya. Cenderawasih Panji dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II
Cenderawasih raggiana atau
Cenderawasih jingga karena warnanya coklat
kejinggaan (
nama ilmiah:
Paradisaea raggiana)
adalah
burung Cenderawasih berukuran sedang dengan panjang sekitar 34 cm, dari genus
Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat kemerahan (
jingga), berparuh abu-abu kebiruan, mulut merah muda, iris mata berwarna kuning dan kaki berwarna abu-abu coklat keunguan.
Burung jantan dewasa memiliki bulu-bulu hiasan beraneka warna merah, jingga dan warna campuran antara merah-jingga pada bagian sisi perutnya, tenggorokan berwarna hijau
zamrud gelap, bulu bagian dada berwarna coklat tua dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
adalah
burung Cenderawasih yang panjang tubuhnya sekitar 16 cm. Burung jantan berwarna merah tua terang dan putih dengan kaki berwarna biru terang dam memiliki bulu-bulu mirip kipas yang warna ujungnya hijau di pundaknya. Dua ekornya yang memanjang ujungnya berhiaskan uliran bulu hijau zamrud. Burung betina berwarna coklat dan bawahnya bergaris-garis.
Cenderawasih raja tersebar di seluruh hutan dataran rendah di pulau
Papua dan pulau-pulau terdekat. Dalam bahasa Inggris, burung ini disebut dengan "
living gem" ("permata hidup") yang merupakan burung Cenderawasih paling kecil dan berwarna-warni. Makanan utamanya terdiri dari buah-buahan dan
artropod.
Burung jantan akan membawakan tarian yang indah dengan mengayun-ayunkan ekornya, mengepak-ngepakkan bulu perut putihnya yang membuatnya mirip bola kapas dan bandul akrobatik.
Karena tersebar luas dan umum ditemukan di habitatnya, Cenderawasih raja dievaluasi beresiko rendah di dalam
IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II.